Tuesday, March 1, 2016

Hikmah Museum Tsunami Aceh



Dalam artikel ini saya akan membahas tentang Museum Tsunami Aceh, yang berada di Jalan Iskandar Muda, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. "Gulungan air laut yang menjulang tinggi dan gelap" adalah gambaran yang sering diungkapkan oleh para penyintas tsunami Aceh.


Samar-samar terdengar rekaman suara perempuan menyanyikan lagu dalam bahasa Aceh, mengiringi langkah para pengunjung di jalan menurun yang landai. Gelap, hening, suara dan percikan air akan membawa pengunjung yang baru masuk dari ruang terbuka menuju bagian dalam museum, memasuki lorong kenangan. Masih ada penyintas atau keluarga korban yang "enggan" memasuki museum tersebut karena kesedihan yang mereka alami.

Jalan landai di lorong itu berakhir pada ruang yang luas dengan atap tinggi dan jajaran podium-podium yang menampilkan rangkaian foto Banda Aceh sesaat setelah hempasan air laut setinggi 30-an meter menyapu tepi kota hingga ke pedalaman. Tsunami ini dikenal sebagai tsunami terdahsyat abad ini, merenggut 230.000 nyawa di 11 negara, sebagian besar di antaranya adalah warga Aceh, sebagian Sumatera Utara dan Nias.

Di depan tiang-tiang penyangga foto terlihat beberapa pengunjung sedang memperhatikan gambar yang bergerak otomatis itu. Foto-foto Banda Aceh yang luluh lantak, para penyintas yang tengah menyelamatkan diri, kapal-kapal menyangkut di atap rumah menjadi tontonan yang bisa memberi gambaran pada pengunjung. Dari ruang besar itu, kembali terdapat jalan sempit menanjak yang di bagian kirinya terdapat pintu masuk ke ruang berbentuk kerucut atau yang disebut "sumur doa".

Pada dinding ruang tersebut tertera ribuan nama korban jiwa dan di puncak kerucut terdapat penutup tembus cahaya dengan tulisan huruf Arab "Allah". Kata pemandu museum; "Ini melambangkan bahwa para korban yang tidak dapat selamat dari tsunami kini sudah kembali kepada Allah." Pengunjung acapkali berdoa di ruang tersebut.

Ridwan Kamil, kini Wali Kota Bandung, Jawa Barat, adalah arsitek yang merancang museum itu setelah memenangkan lomba desainnya. Bangunan museum dari bawah terlihat menyerupai kapal, alat transportasi yang banyak dikaitkan dengan bencana tsunami, mengingat banyak kapal yang terdampar jauh ke pedalaman dan beberapa di antaranya bagaikan "perahu Nabi Nuh"  yang menyelamatkan para penumpangnya.
Keluar dari ruang kerucut, jalan menanjak berlanjut mengitari kerucut itu. Sebagai lambang bagi para penyintas yang masih harus berjuang untuk menyelamatkan diri yaitu keluar dari pusaran air.

Di ujungnya terpampang ruang yang terang dan luas, atap gantung di langit-langit tembus pandang, berbentuk menyerupai kapal, tempat bendera-bendera dari sejumlah negara tergantung dengan tulisan "damai" dalam berbagai bahasa.

Di bagian bawahnya terdapat "jembatan harapan" melambangkan harapan hidup bagi para penyintas dan membawa pengunjung berjalan menuju lantai berikutnya dari bangunan berlantai empat di museum tersebut.

Setelah melintasi jembatan, pengunjung akan diarahkan menuju ruang pamer berisi gambar dan diorama, juga ada ruang simulasi gempa dan tempat pengunjung dapat mempelajari sains terkait gempa dan tsunami. Di tempat itu biasanya pengunjung akan bisa merasakan "getaran gempa", mempelajari gempa dan tsunami sertaberbagai peralatan perekam gempa dan sistem kerjanya.

Perjalanan berakhir pada ruang teater semi terbuka dengan tribun dan panggung tanpa dinding dan di seberangnya dikelilingi kolam ikan. Tempat tersebut biasa dimanfaatkan oleh pengunjung untuk merenung kembali bencana alam yang mengubah wajah politik, sosial dan ekonomi Aceh menjadi provinsi yang lebih terbuka dan damai.

Bangunan museum bila dilihat dari atas, seperti yang terlihat pada maket, merupakan gambaran gelombang laut dan sekaligus sebagai dataran tinggi untuk penyelamatan. Kehadiran Museum Tsunami Aceh penting untuk mengenang dan juga menjadi sarana edukasi

Monumen hidup bertebaran di Banda Aceh dan sekitarnya sehingga kota di belahan barat Indonesia itu pun kini menjadi daerah kunjungan wisata sejarah, terutama wisatawan domestik dan dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand juga India.


0 comments:

Post a Comment